SELAMAT DATANG DI BLOG MWC NU TUAH NEGERI MUSI RAWAS

KELUARGA BESAR NAHDLOTUL ULAMA' KAB. MUSI RAWAS

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

MWC NU KEC. TUAH NEGERI

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

SAHABAT BANSER PENUHI NADZAR

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

PEMBUKAAN MAKESTA IPNU - IPPNU KEC. TUAH NEGERI

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

PESERTA MAKESTA IPNU - IPPNU

Membangun Kader IPNU-IPPNU Yang Jujur Dan Partisipasi Berlandaskan AHLUSSUNAH WALJAMAAH.

Monday, December 30, 2019

MAKESTA PAC IPNU & IPPNU






MAKESTA PAC IPNU & IPPNU Kec.Tauah Negeri Kab.Musi Rawas


Masa kesetiaan anggota (MAKESTA) IPNU & IPPNU Kec.Tuah Negeri Kab. Musi Rawas merupakan awal pengkaderan serta pengenalan  Ahlusunnah Wal jamaah dalam oragnisasi Ke-NU-an.
MAKESTA yang di adakan di Kec.Tuah Negeri  ini diadakan oleh Ikatan Pelajar Nahdatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdatul Ulama (IPPNU) Kab.Musi Rawas pada tanggal  28 -29 Desember di PON- PES DARUNNAJAH yang di buka  langsung oleh Ketua PC Kab.Musi Rawas KH USMAN SYAFI'I.

Wednesday, December 25, 2019

KH.SAID AQIL SIROJ UCAPKAN SELAMAT HARI NATAL



KH.SAID AQIL SIROJ UCAPKAN SELAMAT HARI NATAL


Ketua Umum PBNU Ucapkan Hari Natal Kepada umat Beragama Kristiani sebagai bentuk Penghormatan dan Menjaga Keutuhan dan kesatuan bangsa Indonesia.

Tuesday, December 24, 2019

KETUA PCNU MUSI RAWAS DAN KETUA PBNU PUSAT


KETUA PCNU MUSI RAWAS DAN KETUA PBNU PUSAT

Silaturrahmi PCNU Kab.Musi Rawas ke kantor PBNU PUSAT sekaligus mengundang Ketua PBNU Pusat dalam rangka pelantikan PCNU.MWCNU dan BANOM-BANOM NU MUSI RAWAS.

Mengenal Ulama Kharismatik Banten Abuya Dimyati




Mengenal Ulama Kharismatik Banten Abuya Dimyati


Pada istighotsah rutin bulanan yang digelar Lembaga Dakwah PBNU Rabu (30/10), ada kegiatan lain dari biasanya, yakni ijazah Hizib Nashar kepada para Nahdliyin dari berbagai yang hadir. Ijazah tersebut, merupakan ijazah yang didapat Abuya Dimyati Banten, seorang ulama kharismatik dari Banten, ayahandanya Mustasyar PBNU KH Abuya Muhtadi.  Abuya Dimyati dikenal ulama dan guru tarekat yang ‘alim dan wara’. Nama lengkapnya adalah KH Muhammad Dimyati bin Muhammad Amin al-Bantani yang biasa dipanggil dengan Abuya Dimyati atau oleh kalangan santri Jawa akrab dipanggil “Mbah Dim”.  Lahir sekitar tahun 1925 dari pasangan H. Amin dan Hj. Ruqayah. Sejak kecil Abuya Dimyati sudah menampakan kecerdasan dan keshalihannya. Ia belajar dari satu pesantren ke pesantren lainnya, menjelajah tanah Jawa hingga ke pulau Lombok demi memenuhi pundi-pundi keilmuannya. Kepopuleran Mbah Dim setara dengan Abuya Busthomi (Cisantri) dan kiai Munfasir (Cihomas). Mbah Dim adalah tokoh yang senantiasa menjadi pusat perhatian, yang justru ketika dia lebih ingin “menyedikitkan” bergaul dengan makhluk demi mengisi sebagian besar waktunya dengan ngaji dan ber-tawajjuh ke hadratillah. Sebagai misal, siapakah yang tidak kecil nyalinya, ketika begitu para santri keluar dari shalat jama’ah shubuh, ternyata di luar telah menanti dan berdesak-desakan para tamu (sepanjang 100 meter lebih) yang ingin bertemu Mbah Dim. Hal ini terjadi hampir setiap hari. Para peziarah Walisanga yang tour keliling Jawa, semisal para peziarah dari Malang, Jember, ataupun Madura, merasa seakan belum lengkap jika belum mengunjungi ulama Cidahu ini, untuk sekadar melihat wajah Mbah Dim; untuk sekadar ber-mushafahah (bersalaman), atau meminta air dan berkah doa. Mbah Dim menekankan pada pentingnya ngaji dan belajar, yang itu sering disampaikan dan diingatkan Mbah Dim kepada para santri dan kiai adalah jangan sampai ngaji ditinggalkan karena kesibukan lain ataupun karena umur. Sebab, ngaji tidak dibatasi umur. Sampai-sampai, kata Mbah Dim, thariqah aing mah ngaji!, yang artinya ngaji dan belajar adalah thariqahku. Bahkan kepada putera-puterinya (termasuk juga kepada santri-santrinya) Mbah Dim menekankan arti penting jama’ah dan ngaji sehingga seakan-akan mencapai derajat wajib. Artinya, tidak boleh ditawar bagi santri, apalagi putera-puterinya. Mbah Dim tidak akan memulai shalat dan ngaji, kecuali putera-puterinya—yang seluruhnya adalah seorang hafidz (hafal Al-Qur’an) itu sudah berada rapi, berjajar di barisan (shaf) shalat. Jika belum dating, maka kentongan sebagai isyarat waktu shalat pun dipukul lagi bertalu-talu. Sampai semua hadir, dan shalat jama’ah pun dimulai. Mbah Dim merintis pesantren di desa Cidahu Pandeglang sekitar tahun 1965, dan telah banyak melahirkan ulama-ulama ternama seperti Habib Hasan bin Ja’far Assegaf yang sekarang memimpin Majelis Nurul Musthofa di Jakarta. Dalam bidang tasawuf, Mbah Dim menganut tarekat Qodiriyyah-Naqsabandiyyah dari Syeikh Abdul Halim Kalahan. Tetapi praktik suluk dan tarekat, kepada jama’ah-jama’ah Mbah Dim hanya mengajarkan Thariqah Syadziliyah dari syekh Dalhar. Itu sebabnya, dalam perilaku sehari-hari ia tampak tawadhu’, zuhud dan ikhlas.  Banyak dari beberapa pihak maupun wartawan yang coba untuk mempublikasikan kegiatannya di pesantren selalu di tolak dengan halus oleh Mbah Dim, begitu pun ketika ia diberi sumbangan oleh para pejabat selalu ditolak dan dikembalikan sumbangan tersebut. Hal ini pernah menimpa Mbak Tutut (Anak Mantan presiden Soeharto) yang member sumbangan sebesar 1 milyar, tetapi oleh Mbah Dim dikembalikan. Tanggal 3 Oktober 2003 tepat hari Jum’at dini hari Mbah Dim dipanggil oleh Allah SWT ke haribaan-Nya. Banten telah kehilangan sosok ulama kharismatik dan tawadhu’ yang menjadi tumpuan berbagai kalangan masyarakat untuk dimintai nasihat.  Bukan hanya masyarakat Banten, tapi juga umat Islam pada umumnya merasa kehilangan. Ia di makamkan tidak jauh dari rumahnya di Cidahu Pandeglang, dan hingga kini makamnya selalu ramai dikunjungi oleh para peziarah dari berbagai daerah di Tanah Air. 
 Penulis: Abdullah Alawi 
Editor: Fathoni Ahmad  
Tags: #TOkoh #kiai



Monday, December 23, 2019

KIAI SAID UNGKAP 4 ALIRAN RADIKAL DAN ALASAN MASUK INDONESIA, WASPADALAH !






Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siradj, mengungkap empat macam aliran radikal yang masuk ke Indonesia sejak ‘80-an.

Keempat aliran itu memiliki tingakatan radikal berbeda, sedangkan yang paling radikal adalah yang masuk terakhir, yakni Takfiri.

◆ PERTAMA, ||👉 WAHABI
Aliran ini, kata Said, masuk secara perlahan sejak ‘80-an dengan teologinya yang radikal, tapi tidak tindakannya.

Kelompok ini menilai perayaan Isra’ Mi’raj adalah bidah, Maulid Nabi ï·º bidah, dan ziarah kubur musrik. Tapi, ujar Said, kelompok ini menyampaikan hal yang dianggap bidah itu secara santun.
Tanpa caci maki.

“Saya tahu persis, dari sananya ulama Wahabi memang melarang caci maki,” kata Said ketika menjadi pembicara dalam seminar bertajuk ‘Selamatkan Indonesia dari Radikalis, Teroris, dan Separatis’ di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan.

◆ KEDUA, ||👉 SALAFI
Aliran yang datang dari Yaman ini, ujar Said, lebih keras dari pada Wahabi karena mulai menggunakan caci maki.
Kelompok yang mengikuti aliran ini berkeinginan melaksanakan purifikasi ajaran Islam.

◆ KETIGA, ||👉 JIHADI
Aliran ini lebih radikal dan bahkan bisa disebut ekstrem jika dibandingkan dengan dua aliran sebelumnya.
“Jihadi menghalalkan membunuh non-Muslim dan menghancurkan tempat ibadahnya,” ucap Said.

◆ KEEMPAT, ||👉 TAKFIRI
Menurut Said, Takfiri adalah puncak yang paling sempurna dari radikalisme.
Aliran ini, kata dia, dibentuk Syukri Ahmad Mustofa pada 1969 di Mesir.

“Aliran ini menganggap semua orang kafir, kecuali mereka saja yang tidak kafir.
Mereka yang membunuh Presiden Mesir Anwar Sadad pada 3 Oktober 1981, membunuh Menteri Agama Mesir Syekh Husein dan membunuh wartawan Yusuf,” papar Said.

Kelompok Takfiri ini, lanjut Said, sebenarnya sudah dihabisi Presiden Mesir Hosni Mubarak, tapi banyak yang berhasil kabur ke Semenajung Sinai.
Mereka berembunyi di gua-gua dan lembah-lembah.

Alhasil, pengikut aliran Takfiri ini kembali melancarkan aksinya sekitar setengah tahun yang lalu.
“Mereka meledakkan bom ketika sedang shalat Jumat dan menewaskan 380 orang,” kata Said.

Lebih lanjut, dia menjelaskan alasan mengapa Indonesia juga menjadi sasaran kelompok Takfiri.
Kelompok ini di Indonesia sama dengan di tempat asalnya, yakni menganggap semua orang, kecuali mereka, adalah kafir.
Bahkan, NU dan Muhammadiyah juga dianggap kafir.

“Mengapa?
Karena kita dianggap negara yang tidak Islam.
Mendukung Pancasila dan UUD 45 itu thaghut dan berhala bagi mereka,” ucapnya.

Tak hanya itu, imbuh Said, kelompok ini juga menjadikan produk hukum Indonesia sebagai alasan mengkafirkan.
Sebab, menurut mereka, memakai hukum dari hasil olah pikir manusia adalah tindakan kafir.

“Persis dengan cara berpikirnya Abdur Rahman bin Muljam yang membunuh Khalifah Ali bin Abi Thalib dengan dalih tidak melaksanakan hukum Allah.
Ali itu dianggap kafir karena kalau mau memutuskan masalah selalu bermusyawarah dulu dengan sahabat.
Bagi mereka itu bukan hukum Islam, (tapi) hukum manusia,” tutur Said.

Sumber :
http://www.muslimoderat.net/2019/09/kiai-said-ungkap-4-aliran-radikal-dan.html

Istilah-istilah Penting dalam Organisasi NU


Istilah-istilah Penting dalam Organisasi NU



Mungkin banyak dari kawan-kawan Aswaja yang belum mengerti istilah-istilah dalam sebuah Organisasi NU ( Nahdlotul Ulama) Sedikit Majalah Nahnu akan Sharing tentang Kamus-kamus NU ( Nahdlotul Ulama)

PBNU 
( Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ) untuk tingkat pusat, berkantor di Ibu kota Negara. 

PWNU
( Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama ) untuk tingkat provinsi berkantor di Ibu kota Provinsi. 

PCNU
( Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama ) untuk tingkat Kabupaten / Kota, berkantor di daerah Kabupaten atau Kota Madya (Kodya). 

PCINU
( Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama ) untuk luar negeri, berkantor di Ibu kota Negara dimana di negara itu sudah dibentuk kepengurusan NU. 
MWCNU
( Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama ) untuk tingkat kecamatan. 

PRNU
( Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama ) untuk tingkat Desa. 

PARNU
( Pengurus Anak Ranting Nahdlatul Ulama ) untuk tingkat Dukuhan / Lingkungan. 

A’wan: 
Bagian dari syuriah yang bertugas membantu tugas rais, yang terdiri atas sejumlah ulama terpandang. A’wan adalah bentuk jamak dari ‘awn yang secara bahasa berarti bantuan. 

Hadhratusy Syaikh: 
Sebutan kepada seorang ulama sebagai pengakuan atas keluasan ilmunya, kemuliaan akhlaqnya, dan keistiqamahannya dalam berdakwah. Istilah Hadhratusy Syaikh di NU merujuk kepada K.H Hasyim Asy’ari, pendiri NU. 

Jam’iyyah: 
Perkumpulan yang memiliki ikatan dan aturan baku (organisasi). Berbeda dari jama’ah yang merupakan perkumpulan yang bersifat lepas dan cair. Keduanya berakar dari kata jama’a (berkumpul). 
Selain Nahdlatul Ulama sebagai jam’iyyah induk, ada beberapa badan otonom NU yang juga memakai nama jam’iyyah, seperti Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdhiyyah ( JATMAN) yang menaungi para pengikut thariqat yang mu’tabar; dan Jam’iyyatul Qurra’ wal Huffazh (JQH) yang mengurus pendidikan, pelatihan, pembinaan, dan pengembangan tradisi penghafalan dan seni membaca Al-Qur’an. 

Katib: 
Penulis atau juru catat, berasal dari kata ‘kataba’ (menulis). Dalam NU, istilah katib hanya diperuntukkan bagi sekretaris syuriah. Sementara itu, dalam tanfidziah digunakan istilah sekretaris. 

Khittah: 
Visi dasar organisasi NU yang dirumuskan pada awal pendiriannya pada tahun 1926, yakni sebagai organisasi sosial keagamaan yang berjuang di ranah dakwah, sosial, dan pendidikan. Kata khiththah berasal dari kata ‘khaththa (menggaris). 

Lajnah: 
Panitia, komisi, lembaga, atau komite yang secara struktural bertanggung jawab kepada NU. Berasal dari kata ‘lajanah’ yang berarti mengaduk, merekatkan. Ada beberapa lajnah dalam NU, yaitu: 
Lajnah Falakiyyah, bertugas menangani hal-hal yang berkaitan dengan bidang ilmu falak (astronomi); 
Lajnah Bahtsul Masa’il (LBM), bertugas membahas, mengkaji, dan memutuskan berbagai masalah keagamaan, dengan bersandar pada pandangan ulama dan kitab yang mu’tabar; 
Lajnah At-Ta’lif wan Nasyr, menangani penerbitan karya dan fatwa ulama NU, kegiatan muktamar, dan lain-lain; dan Lajnah Awqaf, yang menangani harta wakaf baik dari anggota maupun simpatisan NU. 
Selain lajnah, ada juga lembaga, seperti Lakpesdam, LP Ma’arif dan Lesbumi, dan badan otonom, seperti Anshor, Fatayat, Muslimat, IPNU, dan IPPNU, yang secara struktural lebih mandiri. 
(Al-)Muhafazhah ‘alal qadimish shalih wal akhdzu bil jadidil ashlah: 
Prinsip dasar ulama NU yang bermakna, “Berpegang teguh pada pendapat terdahulu yang baik, seraya mengambil pendapat yang baru yang jauh lebih baik”. Dengan dasar kaidah itu, NU mempertahankan tradisi salafiyyahnya, namun tidak alergi terhadap pendapat dan interpretasi keagamaan modern yang tidak bertentangan dengan Al-Qur’an, hadits, dan ijma’ ulama salaf. 

Mustasyar: 
Dewan penasihat syuriah yang terdiri atas ulama sepuh NU, seperti K.H M. Zen Syukri, K.H Idris Marzuki Lirboyo, dan Tuan Guru Badruddin Turmudzi. Mustasyar berasal dari kata ‘istasyara’ yang berarti meminta petunjuk. 

Qanun Asasi: 
Garis-garis dasar ideologi NU yang disusun oleh Hadhratusy Syaikh Hasyim Asy’ ari. Intinya, jam’iyyah NU berpegang kepada madzhab Asy’ariyah (pengikut Syaikh Abul Hasan Ali bin Ismail Al-Asy’ari) dan Maturidiyyah (pengikut Abu Manshur Muhammad bin Muhammad Al-Maturidi) dalam beraqidah; pendapat ulama madzhab Maliki, Hanafi, Syafi’i, dan Hanbali dalam berfiqih; dan pendapat Imam Junaid Al-Baghdadi dan Imam Al-Ghazali dalam bertasawuf. 
Rabithah Al-Ma’ahid Al-Islamiyyah (RMI): 
Perkumpulan pesantren NU adalah salah satu badan pelaksana kebijakan NU dalam bidang kepesantrenan. Rabithah berasal dari kata ‘rabatha’ yang berarti mengikat, sedangkan Ma’ahid adalah jamak dari kata ‘ma’had’ yang bermakna pondok pesantren. 

Rais Akbar: 
Secara bahasa bermakna pemimpin besar, jabatan tertinggi dalam struktur kepengurusan Syuriyyah NU saat pertama kali didirikan. Jabatan ini hanya pernah diduduki oleh Hadhratusy Syaikh Muhammad Hasyim Asy’ari. Sepeninggal Mbah Hasyim, istilah rais akbar diganti dengan rais ‘am yang berarti ketua umum. 

Syuriah: 
Berasal dari kata ‘syawara’ yang berarti bermusyawarah. Syuriah ialah badan musyawarah pengambil keputusan tertinggi dalam NU, semacam dewan legislatif dalam negara. Syuriah dipimpin oleh seorang rais ‘am. 
Tanfidziah: 
Berasal dari kata ‘naffadza’ yang berarti melaksanakan. Tanfidziah ialah badan pelaksana harian syuriah. Pemimpin tertinggi Tanfidziyyah tidak menggunakan istilah rais ‘am, melainkan ketua umum.


Silsilah Nasab Pengurus NU kepada Hadratussyekh Hasyim Asy'ari

Bandung, NU Online  Ketua PCNU Kabupaten Bandung KH Asep Jamaluddin mengatakan, umumnya, setiap orang yang terlibat aktif di kegiatan organisasi Nahdlatul Ulama, baik sebagai anggota maupun menjadi pengurus kerap memiliki keterikatan nasab kepada pendiri organisasi, KH Hasyim Asy'ari. Keterikatan nasab ini dapat berupa nasab biologis atau keturunan dan nasab keilmuan melalui hubungan guru-murid. 

“Disadari atau tidak, orang yang aktif di NU, kalau diteliti ke atas pasti memiliki leluhur yang sama, bertemu dengan nasab kiai-kiai NU,” kata Pengasuh Pondok Pesantren Al-Husaeniyah ini di kediamannya, Kampung Ciheulang, Ciparay, Kabupaten Bandung, Kamis (21/6). Hal serupa juga berlaku dalam nasab pesantren NU yang jika ditarik ke atas, nasab keilmuan pesantren di NU akan 'sambung' dengan keilmuan Hadratussyekh. Seperti contoh, nasab kiai Asep sendiri terhubung langsung kepada Hadratussyekh lantaran kakeknya, KH Abdullah Cicukang yang pernah nyantri langsung kepada Hadratussyekh pada 1918 hingga 1926.  Ia juga menyebutkan bahwa Kiai A. Qulyubi Tasikmalaya yang merupakan salah seorang pendiri NU di Tasikmalaya memiliki keterhubungan nasab baik secara biologis dan keilmuan kepada Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari. Maka sudah tentu, lanjut dia, seseorang yang secara keilmuan terhubung dengan Rais Akbar NU tersebut, ia juga terhubung dengan Rasulullah Muhammad SAW.  Hadratussyekh Hasyim Asy'ari sendiri "terhubung" langsung dengan Nabi Muhammad SAW melalui silsilah berikut: 

Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari Syaikh Mahfudz at-Termasi. Syaikh Nawawi al-Bantani Sayyid Ahmad Zaini Dahlan. Imam Ahmad ad-Dasuqi. Imam Ibrahim al-Baijuri. Imam Abdullah as-Sanusi. Imam ‘Abduddin al-‘Iji. Imam Muhammad bin Umar Fakhrurrazi. Imam Abdul Karim asy-Syahrastani. Hujjatul Islam Abu Hamid Muhammad al-Ghozali. Imam Abdul Malik al-Haramain al-Juwaini. Imam Abubakar al-Baqillani. Imam Abdullah al-Bahili. Imam Abu al-Hasan Ali al-Asy’ari. Abu Ali al-Juba’i. Abu Hasyim al-Juba’i. Abu al-Hudzail al-‘Allaf. Ibrahim an-Nadzdzam. Amr bin Ubaid. Washil bin Atha’. Sayyidina Muhammad bin Ali bin Abi Thalib. Sayyidina Ali bin Abi Thalib Kw. Sayyidina Rasulullah Muhammad SAW Dengan demikian, menurut Kiai Said Aqil Siroj, sanad keilmuan yang dikembangkan dan dipertahankan NU terhubung atau mutawatir kepada Rasulullah SAW. (Abdullah Alawi/Rozali) 



Saturday, December 21, 2019

PAGAR NUSA NU

Pengesahan dan Pembekalan PAGAR NUSA NU Padepokan GIRI AGUNG Tuah negeri Musirawas Sumsel

 
TERIMA KASIH TELAH MAMPIR DI BLOG MWC NU TUAH NEGERI